Nikmatnya Mendaki Naga Raksasa

Kejayaan leluhur China tersimbolkan pada dinding Tembok Raksasa China (Great Wall). Di situlah akar sejarah terbesar bangsa Tionghoa.

Bulir-bulir keringat mengucur di wajah para turis yang mendaki Tembok Raksasa China. Sekali-kali, mereka berhenti dan menegak air mineral demi mengguyur kerongkongan yang kering. Memang butuh stamina prima untuk menuntaskan petualangan di Great Wall. Terlebih, jika kunjungan mereka dilakukan di tengah teriknya sinar matahari.

Namun, di balik kelelahan fisik, senyum keceriaan tetap terpancar dari wajah para turis. Mereka tampak begitu bangga bisa menaklukkan Great Wall yang jika dilihat dari angkasa tampak seperti liukan naga raksasa.

Rasa lelah sirna jika tiba di puncak Tembok Raksasa. Betapa tidak, selembar “sertifikat kelulusan” diberikan kepada mereka yang mampu menaklukkan situs peninggalan sejarah dari tiga dinasti ini.

Tembok Raksasa China memang luar biasa. Ibarat kata, tak afdol rasanya jika ke China tak mendaki si Naga Raksasa. Di luar faktor panorama alam yang begitu indah di sekitar Tembok Raksasa, sejarah pembangunan situs itu pun turut memancing minat para wisatawan berkunjung ke China.

Banyak alasan yang melatarbelakangi mengapa Great Wall begitu melegenda. Bangunan tembok sepanjang 4.183 mil atau 6.700 km yang terbentang mulai Bedaling di Distrik Yangqing, Mutianyu di Distrik Huairou, dan Juyongquan di Changing, ini konon dibangun dengan menelan korban nyaris sampai tiga juta jiwa.

Tembok yang bisa dinikmati dari angkasa luar ini dibangun oleh tiga Dinasti Qin, Han, Ming. Pertama kali didirikan pada abad 7-6 Sebelum Masehi, tepatnya saat pemerintahan Dinasti Qin. Kaisar Qin pertama, yakni Qin Shi Huan, mendirikan bangunan itu untuk melindungi negerinya dari serangan bangsa Xiongnu.

Pembangunan beberapa tembok kemudian dilanjutkan sampai ke wilayah utara pada masa Dinasti Han dan Ming pada abad 14-17 Masehi. Tujuannya juga sama memproteksi diri dari serangan bangsa lain, terutama invasi bangsa Manchu. Bahkan, Kaisar Ming pernah memerintahkan satu juta pasukannya untuk menjaga tembok raksasa yang jadi benteng pertahanan terakhir itu.

Keunikan dan kisah-kisah sejarah itulah yang menggelitik rasa penasaran para wisatawan. Tak pelak, setiap masa liburan tiba, ribuan pengunjung dari berbagai negara memadati setiap sisi si Naga Raksasa. Mereka tak peduli panas dan kelelahan saat mendaki demi mengagumi tembok raksasa itu.

Mencapai Great Wall dari pusat Kota Beijing tak begitu sulit. Banyak moda transportasi yang bisa dipilih, mulai bus kota maupun kereta api bawah tanah tergantung start dari mana. Jika hendak ke pintu Great Wall Badaling dengan menggunakan bus misalnya, pengunjung bisa memulai perjalanan dari terminal Deshengmen, Beijing, atau dari stasiun kereta api bawah tanah Jishuitan. Kendaraan-kendaraan itu mulai start pukul 05.50 waktu setempat dan kembali pukul 18.30. Rute ini merupakan rute terpendek karena hanya memakan waktu 1-2 jam.

Namun, untuk bisa masuk ke wilayah itu, pengunjung harus mengeluarkan kocek 45 yuan atau sekitar Rp58.500 (kurs Rp1.300) untuk tiket masuk. Bahkan, untuk mengurangi rasa lelah, para turis juga bisa menggunakan jasa kereta gunung dengan tiket senilai 60 yuan. Jadi, mereka tak perlu mendaki terlalu jauh. Malah ada juga jasa skylift yang bisa membawa pengunjung dari kawasan Great Wall satu ke kawasan lainnya.

Jalur lainnya adalah pintu Mutianyu. Untuk mencapai pintu Great Wall ini dimulai dari terminal bus dan subway Dongzhimen. Perjalanan memakan waktu 2-3 jam. Sementara tiket masuk ke tempat itu mencapai 40 yuan.

Terakhir, pintu Juyongquan. Untuk mencapai pintu itu bisa menggunakan bus dari Deshengmen dan Stasiun Jishuitan. Perjalanan menuju lokasi mencapai 2-3 jam dengan tiket masuk 45 yuan.

Yang pasti, lewat tiga pintu itu, tersaji keindahan alam dan kemegahan Tembok Raksasa China. Bahkan, khusus pintu Bedaling, juga berdiri bangunan Museum Great Wall yang menyimpan semua peninggalan sejarah yang berkaitan dengan tembok raksasa. Termasuk alatalat berumur ribuan tahun yang digunakan untuk membangun tembok raksasa itu. (okezone)

Category:  
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.
0 Responses