Pilih Persalinan Caesar atau Normal?

Kandungan Anda sudah memasuki usia sembilan bulan. Pasti Anda tengah menimbang apakah memilih persalinan caesar atau normal. Mana yang lebih aman?

“Aduh, saya kapok melahirkan lagi. Apalagi harus melahirkan lewat persalinan caesar. Ih gak lagi-lagi, deh. Sakit dan agak sedikit malu karena harus benar-benar telanjang,” cerita Haryanti (32), wanita yang baru saja melahirkan putri keduanya melalui cara persalinan caesar.

Haryanti yang melahirkan putra pertama secara normal, harus menjalani persalinan caesar karena buah hatinya yang ada dalam kandungan mengalami kelainan letak janin atau melintang. Akhirnya, dokter memutuskan untuk segera melakukan persalinan caesar supaya bayi dapat dilahirkan selamat.

Director for Medical Services and Nursing Care, National Top-Referral, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, dr Julianto Witjaksono, MGO, SpOG-KFER menginformasikan, dalam menjalani persalinan caesar, si pasien harus mempertimbangkan matang-matang keputusannya tersebut. Sebab, setiap tindakan pasti ada dampak positif dan negatifnya.

“Pasien harus mengetahui apa dampak dari persalinan caesar. Persalinan itu mempunyai risiko, yaitu komplikasi akibat proses pembedahan yang dimulai dari proses pembiusan, proses pelaksanaan operasi, dan proses pascabedahnya,” ucap dokter yang mengambil gelar MGO di University of Melbourne, Australia, tahun 1988 ini.

Lebih lanjut dikatakan, walaupun kejadiannya kecil, beberapa kasus sudah ditemukan di Indonesia. Bahwa pascaproses operasinya selesai, pasiennya tidak sadar-sadar akibat pembiusan yang tidak terkontrol dengan baik.

Selain itu juga, dia menyebutkan, waktu pembedahan dapat terjadi risiko pendarahan, risiko kesalahan operator sehingga terjadi cedera kandung kemih atau teriris karena tempatnya sangat berdekatan, risiko tertinggalnya peralatan bedah (jika sistem pencatatan alat tidak baik), serta risiko infeksi akibat sistem pencucian dan sterilitas alat yang kurang terjamin. Di samping itu, ada juga risiko infeksi nosokomial di rumah sakit sehingga penyembuhan luka operasi terganggu.

Bahkan, harus dilakukan operasi kembali untuk mengatasi pendarahan atau infeksi yang terjadi. Julianto menambahkan, hal yang disebutkan merupakan komplikasi dan risiko yang harus disadari setiap calon ibu yang akan memilih seksio (atas permintaan dibandingkan persalinan normal). Boleh saja para spesialis berargumentasi risikonya kecil, tapi bila seseorang telah mengalaminya, maka biaya yang keluar bukan main besarnya. Terlebih jika harus masuk ruang ICU berhari-hari.

“Tentu saja para dokter akan bekerja secara profesional dan sistem manajemen berupaya mengantisipasi berbagai sistem kesalahan manajemen klinik, tapi risiko tetap dapat terjadi dan setiap pasien harus tetap mengetahuinya,” sebut dokter kelahiran 14 Juli 1954 ini.

Kerugian caesar termasuk juga sulitnya melakukan program inisiasi menyusui dini karena ibu dalam posisi dibius, dibedah, dan sebagian besar tubuhnya tertutup kain, dan prosedur steril. Meskipun secara teoritis bisa, kenyataannya tidak mudah bahkan bisa dikatakan sulit.

“Saya berpendapat, persalinan normal adalah simbol perjuangan seorang Ibu yang sangat alami menghadapi kehidupan dunia,” tuturnya.

Julianto mengatakan hal itu karena dia menilai sang ibu telah berjuang melawan lelah selama sembilan bulan mengandung. Mulai mengalami rasa mual, muntah, dan sakit di awal kehamilan, rasa tidak nyaman (walaupun sebagian bilang hal tersebut membahagiakan) waktu janin bergerak, serta gerakan bayi menendang sepanjang malam.

“Bukan main, kan? Semuanya memerlukan usaha dan seni untuk mengurangi sakit, memperlancar proses pembukaan serviks hingga janin dapat lahir lancar dan sehat,” ucapnya.

Operasi caesar tidak memiliki hal ini sehingga si ibu tidak pernah merasakan “seninya” perjuangan antara hidup dan mati melahirkan si kecil dengan mules dan mengedannya. Kesabaran dokter dan pasien sangat diuji. Jika pasien tidak tahan sakitnya, kemudian meminta untuk melakukan persalinan caesar saja, kata dia, tentu saja itu tidak dikabulkan. Caesar ditempuh bukan atas indikasi tidak tahan sakit.

“Selama janin dan ibu dalam kondisi baik dan proses bersalinannya baik, ya normal,” imbuhnya.

Hal lain yang menarik, bagi dokter sangat menyenangkan untuk melakukan caesar, karena waktu sangat efisien dan dapat direncanakan pada waktu yang menyenangkan. Artinya, tidak perlu bersusah-payah bangun tengah malam atau pagi.

“Waktunya juga sangat efisien. Saya sendiri mengerjakan caesar hanya membutuhkan waktu 25 menit sampai paling lama 60 menit (rata-rata setengah jam),” jelasnya.

Category:  
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.
0 Responses