Mengapa Tetap Memilih Software Bajakan?

Mengapa tetap memilih software bajakan? Pertanyaan yang menarik. Karena sebenarnya sudah ada alternatif untuk orang-orang yang tidak mampu membeli software asli. Misalnya, sistem operasi Microsoft Windows yang harganya mahal, dapat diganti dengan sistem operasi Linux yang harganya murah (hanya dikenakan biaya distribusi, seperti biaya pembelian CD dan ongkos kirim, bahkan gratis, apabila anda langsung mendownload dari Internet dan koneksi Internet yang anda gunakan dibayar oleh kantor tempat anda bekerja). Untuk software perkantoran seperti Microsoft Office dapat diganti dengan OpenOffice. Masih banyak software-software berbayar yang ada versi gratisnya (anda bisa browsing ke www.sourceforge.net atau www.freshmeat.net).

Berikut adalah beberapa alasan untuk tetap memakai software bajakan yang saya temui dalam kehidupan sehari-hari:
1. Harga software asli yang selangit. Tidak dapat dipungkiri, harga software asli memang sangat mahal. Menurut saya, wajar saja harga software mahal, karena tidak mudah untuk membuat sebuah software. Sebagai informasi, harga sistem operasi Microsoft Windows XP Professional SP2 sekitar 2,7 juta rupiah ($295 dengan kurs Rp 9250 per dolar AS pada tanggal 20 Maret 2006, sumber: Bhinneka.com), sedangkan Microsoft Office 2003 sekitar 3,3 juta rupiah ($362 dengan kurs Rp 9250 per dolar AS pada tanggal 20 Maret 2006, sumber: Bhinneka.com). Bayangkan, untuk CD bajakan, hanya 20000 ribu rupiah per CD, bukan per software. Bahkan ada di dalam satu CD terdapat banyak jenis software. Bayangkan bila medianya adalah DVD, tentu lebih banyak lagi.

2. Kualitas software asli dan software bajakan tidak berbeda. Mungkin ada perbedaannya. Tetapi saya belum menemukan perbedaan yang signifikan. Dari pengalaman saya menggunakan Microsoft Windows XP Professional SP2 yang asli dan yang bajakan, tidak begitu terasa. Begitu juga dengan Microsoft Visual Studio 2003 yang asli dan yang bajakan, tidak terasa perbedaannya.

3. Sulit (kadang-kadang malas) bermigrasi ke software yang lain. Sulitnya bermigrasi ke software yang lain ini diakibatkan karena berbedanya tampilan dan fitur yang disajikan masing-masing software. Selain itu perbedaan cara menggunakan software juga salah satu kendalanya. Misalnya software grafis Adobe Photoshop dan GIMP. Software grafis yang sering saya gunakan adalah Adobe Photoshop. Karena semangat open source, saya mencoba untuk beralih ke GIMP. Tetapi, perbedaan tampilan dan penggunaan software antara Adobe Photoshop dan GIMP membuat saya kesulitan untuk beradaptasi. Kemudahan-kemudahan yang diberikan Adobe Photoshop belum saya jumpai di GIMP. Saya bukannya tidak percaya akan kemampuan GIMP untuk mengolah gambar. Tetapi, saya hanya kesulitan untuk beradaptasi dengan software baru karena sudah sangat nyaman dengan memakai software yang lama.

4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menghargai kekayaan intelektual seseorang/kelompok.

Anda mempunyai alasan yang lain? Saya tunggu komentar anda. Terima kasih.

NB: blog ini juga dapat dibaca di http://danigoen.blogs.friendster.com/my_blog/2006/03/mengapa_tetap_m.html.

Category: ,  
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.
0 Responses