hujan es di Bandung

Kamis, 5 Maret 2009 kemarin, sebagian Bandung mengalami hujan es. Di awali angin kencang dan petir bersahut-sahutan sekitar pukul 2 siang, kemudian diikuti gerimis yang baru berhenti menjelang maghrib.

Bagaimana hujan es dapat turun di kota yang terletak di daerah tropis? Tentu saja dapat, toh buktinya sudah ada hehehe.

Yang jelas, proses hujan, di mana pun dan apapun bentuknya ketika sampai di tanah, selalu di mulai sebagai salju.

Spoiler for proses pembentukan salju:
Berawal dari uap air yang berkumpul di atmosfir Bumi, kumpulan uap air mendingin sampai pada titik kondensasi (yaitu temperatur di mana gas berubah bentuk menjadi cair atau padat), kemudian menggumpal membentuk awan. asd

Pada saat awal-awal pembentukan awan, massanya jauh lebih kecil daripada massa udara sehingga awan tersebut mengapung di udara – persis seperti kayu balok yang mengapung di atas permukaan air. Namun setelah kumpulan uap terus bertambah dan bergabung ke dalam awan tersebut, massanya juga bertambah, sehingga pada suatu ketika udara tidak sanggup lagi menahannya. Awan tersebut pecah dan partikel airpun jatuh ke Bumi.

Partikel air yang jatuh itu adalah air murni (belum terkotori oleh partikel lain). Air murni tidak langsung membeku pada temperatur 0 derajat Celcius, karena pada 0 derajat Celcius adalah perubahan fase dari cair ke padat. Untuk membuat air murni beku dibutuhkan temperatur lebih rendah daripada 0 derajat Celcius – ini juga terjadi saat kita menjerang air, air menguap kalau temperaturnya di atas 100 derajat Celcius karena pada 100 derajat Celcius adalah perubahan fase dari cair ke uap. Untuk mempercepat perubahan fase sebuah zat, biasanya ditambahkan zat-zat khusus, misalnya garam dipakai untuk mempercepat fase pencairan es ke air.

Biasanya temperatur udara tepat di bawah awan adalah di bawah 0 derajat Celcius (temperatur udara tergantung pada ketinggiannya di atas permukaan air laut). Tapi temperatur yang rendah saja belum cukup untuk menciptakan salju. Saat partikel-partikel air murni tersebut bersentuhan dengan udara, maka air munri tersebut terkotori oleh partikel-partikel lain. Ada partikel-partikel tertentu yang berfungsi mempercepat fase pembekuan, sehingga air murni dengan cepat menjadi kristal-kristal es.



Partikel-partikel pengotor yang terlibat dalam proses ini disebut nukleator, selain berfungsi sebagai pemercepat fase pembekuan juga perekat antar uap air. Sehingga partikel air (yang tidak murni lagi) bergabung bersama dengan partikel air lainnya membentuk kristal lebih besar. Jika temperatur udara tidak sampai melelehkan kristal es tersebut, maka kristal-kristal es jatuh ke tanah. Dan inilah salju! Jika tidak, maka kristal es tersebut meleleh dan sampai ke tanah dalam bentuk hujan air. Pada banyak kasus di dunia ini, proses turunnya hujan selalu dimulai dengan salju beberapa saat dia jatuh dari awan tapi kemudian mencair saat melintasi udara yang panas. Kadangkala, jika temperatur sangat rendah, kristal-kristal es itu bisa membentuk bola-bola es kecil dan terjadilah hujan es – kota Bandung termasuk yang relatif sering mengalami hujan es.

Jadi ini sebabnya kenapa salju sangat susah turun secara alami di daerah tropik yang memiliki temperatur udara relatif tinggi di banding wilayah yang sedang mengalami musim dingin.


Sederhananya, bermula dari angin badai yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan yang signifikan antara udara hangat (warm air, temperatur di atas 0° C) dan dingin (cold air, 0° C) — oleh karena itu, badai mengandung angin hangat dan dingin. Angin badai ini bergerak membentuk seperti roti sandwich, udara hangat diapit oleh udara dingin, seperti pada ilustrasi berikut.



Udara dingin bagian atas, yang mengandung banyak uap air, mulai turun ke bawah sebagai salju dengan mekanisme yang dijelaskan diatas tetntang pembentukan salju. Jika turunnya salju ini pada daerah yang lebih banyak udara hangatnya, maka jadilah hujan air biasa (rain, sering terjadi di daerah tropis) [Gambar 1]..

Jika salju turun melewati lapisan udara hangat dan sedikit lapisan udara dingin di atas tanah, kemudian bertumbukan dengan partikel-partikel udara lainnya, maka terjadilah hujan es (freezing rain) [Gambar 2]. Inilah yang terjadi di Bandung tempo hari.

Jika lapisan udara dingin di atas tanah cukup tebal, dapat terjadi hujan campuran es dan salju (sleet) [Gambar 3].

Jika salju turun tidak melewati lapisan udara hangat sama sekali, maka terjadilah salju [Gambar 4].

Air, es, dan salju dapat terjadi pada waktu bersamaan di sebuah tempat yang dilalui angin badai.

dicuplik dari artikelnya Mas Febdian Rusydi

Category: ,  
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.
0 Responses