Wanita Terpaksa Bunuh Diri, Karena Terlalu Sering Orgasme


Dilihat dari angka statistik, semakin banyak kaum wanita yang tinggal di negeri Sakura ( Jepang ) dilanda PSAS. Yang merupakan kependekan dari Persistent Sexual Arousal Syndrom, atau syndrom yang ditandai dengan keadaan terangsang terus menerus.

Akibat mengidap penyakit kronis ini, maka wanita tersebut seperti merasa terangsang, dan ingin orgasme, dengan cara yang sederhana saja. Jika pada wanita normal, orang tersebut harus bersusah payah agar bisa orgasme, tetapi pada pengidap PSAS ini justru cepat sekali.

Wanita yang mengidap penyakit PSAS akan mengalami orgasme siang dan malam, dan tidak cukup beberapa kali saja, bahkan ada yang mengalami 300 kali sehari !!! ( tanda seru tiga kali, lhoh ).

Penyakit ini juga bisa berakibat kematian, seperti ditulis di koran Jepang, Shukan Post.

” Kalo ada orang yang menepuk lengan saya saja, saya udah bisa orgasme. Bahkan kalo mau ke toilet saja, juga badan seperti mau orgasme. Ini kurang menyenangkan. Saya jadi kaget dengan reaksi tubuh saya sendiri, “Ucap seorang penderita.

Syndrom ini banyak dibicarakan di Jepang. Terutama bagi para blogger. Merekapun menamakan penyakit ini dengan istilah “ Iku Iku Byo. ” Yang terjemahan bebasnya, datanglah – datanglah penyakit. Dalam bahasa Belanda, mereka menamakan ” kom kom ziekte.”

Nampaknya ini seperti penyakit yang menyenangkan bagi wanita yang sukar mengalami orgasme, tetapi tidak seperti itu kenyataannya. Bahkan dokter Hideo Yamanaka mengatakan,

” Penderitaan wanita yang mengidap gangguan ini sangat luar biasa. “

Karena banyak yang merasa malu, dan sukar membicarakan kepada orang lain karena taboe. Bahkan ada yang stress dan akhirnya bunuh diri, karena tidak sanggup menahan malu ! Bagi kaum wanita, mereka secara normal membutuhkan foreplay yang cukup lama untuk menuju puncak kenikmatan. Tetapi pada wanita ini, tanpa rangsangan dari luarpun dia bisa orgasme.

Menurut Dr. Sandra Leiblum, penyakit ini banyak ditemukan pada wanita yang sudah monopouse ( tidak menstruasi lagi ). Yang biasanya rata – rata usia 45 tahun keatas. Terutama yang pernah menjalani therapy hormon. Tetapi ada juga yang masih usia 30-an.( Majalah “Dewa Dewi” Online )

Category:  
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.
0 Responses