Obat Pelangsing dan Pengaruhnya terhadap Ginjal

feetonscaleDiantara tengah maraknya penggunaan metode invasif (pembedahan dan penyuntikan) untuk memperoleh tubuh yang ideal, animo masyarakat yang menggunakan produk pelangsing oral belum juga berkurang. Wajar jika metode ‘meminum obat pelangsing’ ini masih diminati, sebab metode ini terbilang murah dan jika dilihat dari sudut pandang masyarakat awam, metode ini dinilai lebih aman.

Diantara tengah maraknya penggunaan metode invasif (pembedahan dan penyuntikan) untuk memperoleh tubuh yang ideal, animo masyarakat yang menggunakan produk pelangsing oral belum juga berkurang. Wajar jika metode ‘meminum obat pelangsing’ ini masih diminati, sebab metode ini terbilang murah dan jika dilihat dari sudut pandang masyarakat awam, metode ini dinilai lebih aman. Padahal tidak demikian adanya, metode invasif maupun noninvasif sama-sama memiliki risiko yang boleh jadi pada satu kasus tertentu menjadi sama bahayanya.

Mungkin, sebagian masyarakat Indonesia berhasil diyakinkan bahwa pil/tablet pelangsing herba lebih aman, dikarenakan kandungan simplisia yang berasal dari alam. Pada kenyataannya beberapa obat pelangsing serupa ditarik dari peredaran karena terbukti mengandung senyawa kimia berbahaya, seperti aristolochic acid. Senyawa ini berbahaya untuk ginjal.

Di pasaran, jenis-jenis obat pelangsing yang biasa dijual antara lain yang pertama berasal dari senyawa golongan amphetamin yang menurunkan nafsu makan, preparat hormon tiroid yang membakar energi secara berlebihan, atau juga diuretik, yang menurunkan berat badan dengan mengurangi volume cairan dalam tubuh. Semua obat pelangsing dapat memiliki efek negatif terhadap fungsi organ tubuh dan metabolisme jika tidak digunakan sesuai dosis. Pada individu dengan fungsi ginjal normal, efek penurunan berat badan yang wajar berkisar 3-4 kg.

Beberapa obat sering disalahgunakan sebagai pelangsing, antara lain obat pencahar dan obat diuretik. Padahal keduanya tidak menurunkan berat badan secara permanen. Efek berat-badan-turun disebabkan oleh volume/bobot sel mengecil akibat cairan yang dikeluarkan. Jika berlebihan, dapat terjadi dehidrasi, dan mengingat kerja obat-obat dalam ginjal dan hati (liver), hal ini dapat berakibat pada gagal ginjal atau radang hati (hepatitis). (disarikan dari berbagai sumber)

Category:  
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.
0 Responses