Salah satu tokoh feminis yang tergolong populer, yang bukunya sering DD baca adalah Benoite Groult.
Seorang wanita asal Perancis yang usianya sudah gaek ( 86 th), namun masih aktif dan produktif. Baik didalam dunia tulis menulis, atau ceramah.
Diusiannya yang uzur, dia masih aktif berjuang memperjuangkan hak – hak wanita. Berjuang lewat roman – roman yang ditulisnya. Yang senang menggambarkan tokoh wanita sebagai pihak yang tidak bisa dipermainkan oleh pihak pria.Beberapa bulan yang lalu, penulis bestseller ”Zout Op Mijn Huid ” ( Garam Diatas Kulitku ) tersebut, wajahnya kembali menghiasi majalah wanita terbitan Belanda.
Penulis yang romannya laris manis dikalangan kaum wanita tersebut, tak jemu – jemunya berbicara tentang cinta dan seks.
Dalam interview tersebut, beliau masih nggak kalah garangnya dalam memperjuangkan hak dan derajat wanita, dibanding saat dia masih muda dulu. Tetap optimis, agar kaum wanita mencapai puncak prestasi, tanpa bayang – bayang tekanan kaum pria.
Ada 2 kalimat, yang senantiasa diusung kemana – mana dan tersirat dalam setiap tulisannya. Kalimat yang diemban oleh tokoh feminis tersebut adalah :
1.Persamaan dan kesetaraan hak.
2.Hak untuk memilih dan memutuskan.
Benoite Groult selalu gerah ( geregetan ), jika mendengar adanya hak – hak seorang wanita yang terinjak – injak pria. Dia ingin wanita bisa muncul dan sejajar dengan pria, tanpa meninggalkan kodratnya.
Benoite Groult juga selalu heran, jika ada wanita yang mau dimadu atau dijadikan istri yang kesekian oleh pria, dalam dunia poligami. Dia tidak menentang hukum dan aturan tentang poligami. Hanya saja dia heran, dan tidak bisa memahami perasaan seorang wanita, yang mengijinkan dirinya dimadu.
Berbicara poligami, eh DD kebetulan mendapat imel dari seorang wanita yang ber-curhat tentang masalah ini. Silahkan membaca dan memberikan tanggapan !
Arianti – Bandung
Perkenankanlah kali ini saya menuliskan tentang kebiasaan seksual saya, yang mungkin terdengar agak diluar kebiasaan. Karena masalah ini sebenarnya sudah menghinggapi saya beberapa bulan ini.
Tapi permasalahan ini agak sukar bagi saya untuk membagikan dan bertukar pikiran dengan orang lain. Bahkan dengan wanitapun, saya sungkan. Khawatir saya malah dicap yang bukan – bukan.
Sebenarnya ada keinginan untuk konsultasi secara profesional ke instansi yang terkait, tetapi masih belum saya lakukan. Kok saya malah menunda – nunda terus. Mungkin faktor malu, yang setiap kali menyurutkan keinginan ini.
Oh, iya. Saya adalah seorang wanita muda yang masih belum genap berusia 30 tahun. Saya sudah menikah dengan suami saya ini sekitar lima tahun. Suami saya adalah jodoh saya, dan pilihan saya. Karena sebelum menikah, kami sudah berpacaran sejak duduk dibangku SMA.
Tentu saja, saya mengenal betul kharakter dan sifat – sifat suami, baik yang nampak, maupun yang tidak sering diperlihatkan ( gampangnya luar dalam ).
Suami saya adalah orang yang baik dan penyabar. Sayang kepada saya. Tidak pernah berlaku keras, bahkan membentakpun tidak pernah. Demikian juga sebaliknya. Saya menyayangi dia seutuh hati dan perasaan saya.
Suami saya adalah suka sekali dengan seks. Boleh dibilang libidonya tinggi. Dia kreatif, dan selalu muncul ide – ide baru untuk membuat kejutan setiap kali melakukan hubungan seks.
Bagi suami saya berlaku, tiada hari terlewatkan tanpa menikmati hubungan seks. Dengan catatan, kalau saya juga mau.
Dia nggak pernah memaksa. Kalau saya lagi capek, dia justru dengan rasa sayang memijit – mijit saya, hingga saya biasanya ketiduran.
Suami saya adalah seorang pengusaha sukses, dan juga aktif dalam dunia seni. Darah seninya juga mencolok dalam sifatnya sehari – hari. Dulu memang dia pernah bercita – cita jadi seniman. Tetapi mengingat penghasilannya tidak tetap, jadi suami saya memutuskan seni sebagai hobi saja.
Sekitar 3 tahun yang lalu saya mendengar diagnosa dari dokter, kalau saya ternyata mandul. Ini pukulan berat buat saya. Saya menjadi sering murung, karena tidak bisa memiliki anak sendiri. Hanyalah adopsi cara yang memungkinkan.
Suami saya juga sedih. Keadaan ini membuat keinginan seks saya menurun. Awalnya suami bisa menyadari hal ini. Tetapi ada masa, dimana akhirnya saya kesulitan untuk dapat menikmati seks seperti yang dulu.
Pada suatu saat suami saya dengan jujur bilang , kalau dia ingin menikah lagi. Awalnya saya kaget. Tetapi setelah saya pikir, akhirnya saya menyetujuinya. Lebih baik saya biarkan suami saya menikah lagi, daripada membiarkan dia jatuh dalam dunia perselingkuhan.
Saya menghargai kejujuran suami saya. Istri barunya, ternyata wanita asal Jakarta. Kebetulan suami saya memang mondar mandir Jakarta dan Bandung. Ketika saya diperkenalkan, mata saya terbelalak. Saya memang mengenal selera suami saya.
Wanita tersebut, walau usianya beberapa tahun dibawah saya, tetapi mempunyai wajah dan bodi mirip saya. Saya juga agak heran.
Dia tergolong wanita yang suka dandan, dan selalu rapi. Posturnya ramping dan seksi. Juga buah dadanya, padat dan berisi. Sepintas, mirip figur yang saya miliki.
Gaya bertuturnya halus dan agak manja. Banyak persamaan antara saya dan dia. Syukurlah, dia wanita yang baik – baik dan beriman.
Dia tetap tinggal di Jakarta, dan saya di Bandung. Selama dimadu, saya nggak pernah merasakan kalau suami saya pilih kasih. Dia bisa membagi cinta, kasih sayang, dan materi secara baik.
Sekitar satu tahun yang lalu, suami saya mengalami kecelakaan mobil. Ada tulang kakinya yang patah. Setelah dirawat dirumah sakit di Bandung, akhirnya dia pulang kerumah saya.
Karena Mira ( samaran ) sering menjenguk ke Bandung, akhirnya saya kasihan kalau dia mondar – mandir ke Jakarta. Saya persilahkan dia menginap dirumah saya, setiap dia berkunjung.
Mulanya dia tidur dikamar yang sudah ada. Tetapi suami saya bilang, nggak enak. Biarkan dia tidur bersama – sama saja. Apa salahnya sih tidur bertiga. Kasihan kalau dia tidur sendirian. Akhirnya saya menyetujuinya.
Akhirnya kita tidur bertiga. Karena suami saya masih dalam keadaan sakit, jadi kita tidak melakukan yang aneh – aneh, kecuali ciuman dan berpelukan. Tetapi Mira kadang – kadang memberikan kepuasan suami secara oral, kalau saya tidak ada di kamar.
Diatas ranjang biasanya suami tidur ditengah, dan diapit kanan kiri.
Ketika kondisi suami sudah membaik, kamipun masih sering tidur bertiga. Suatu malam, saya terbangun karena mendengar suara merintih – rintih.
Setelah saya membuka mata, saya terkejut. Karena saya melihat Mira sedang berhubungan intim dengan suami. Dia tidak begitu memperhatikan kalau saya bangun, karena saat itu mungkin dia sedang menikmati sekali.
Sayapun pura – pura tidur saja, walau telinga saya mendengar semuanya. Hal ini berlangsung beberapa kali, akhirnya suami saya mengerti kalau saya bangun dan mengetahui hal ini.
Akhirnya suami saya bilang, kalau nggak usah semuanya ini dirahasiakan. Lebih baik terbuka saja. Dan meminta saya ikut menemaninya, kalau dia sedang bercinta sama Mira. Suami saya juga tidak memaksa.
Akhirnya peristiwa yang mendebarkanpun terjadi. Saya bersama Mira melakukan hubungan intim dengan suami. Pada awalnya saya dan Mira masih malu – malu. Tetapi lama kelamaan akhirnya terbiasa juga. Mungkin saya masih belum bisa spontan beneran, seperti suami dan Mira.
Akhirnya hal ini menjadi kebiasaan. Sekarang suami sudah sehat. Dia senang dengan cara bercinta seperti ini. Hal ini biasa terjadi kalau sedang di Bandung, atau kalau saya sedang ngikut ke Jakarta.
Bercinta bertiga ternyata menyenangkan, dan saling mendekatkan hubungan satu dengan yang lain. Perasaan cemburu menjadi hilang dan tidak dibumbui perasaan saling curiga.
Apakah dengan kebiasaan seperti ini, suami saya memang berusaha memperdaya kedua wanitanya dengan cara yang halus dan licin ? Agar kami menuruti semua kemauannya ?
Saya khawatir kalau kebiasaan ini akhirnya berakibat buruk, dan menyebabkan penyimpangan seksual bagi kami bertiga.
Mungkin ada pembaca yang bisa memberikan pencerahan dalam hal ini.
realita kehidupan yang ga bisa dipungkiri bahwa hal gitu ga bisa terjadi...
nice story
chowhokghantheng@yahoo.com