Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan manusia memiliki kemampuan menyalakan api untuk pertama kali sejak 790.000 tahun lalu. Kemampuan inilah yang membantu manusia melakukan migrasi dari Afrika ke Eropa.
Dengan menganalisis batu api yang ada di situs arkeologi di Yordania, para peneliti dari Hebrew University, Israel, menemukan bahwa peradaban awal manusia telah belajar menyalakan api. Ini merupakan suatu titik balik yang memungkinkan mereka mengarungi tempat-tempat yang tidak dikenal sebelumnya.
Sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2004 menunjukkan bahwa manusia bisa mengontrol api, misalnya dengan memindahkannya melalui ranting yang terbakar, pada periode waktu yang sama. Namun dalam studi kali ini para peneliti mengatakan manusia jaman dulu ternyata sudah bisa menyalakan api dan tidak hanya mengandalkan pada fenomena alam seperti petir.
Ketidaktergantungan pada fenomena alam ini, menurut mereka, telah membantu manusia melakukan migrasi ke arah utara.
Studi yang baru saja diterbitkan di Quaternary Science Reviews ini memeriksa 12 lapis arkeologis di Gesher Benot Yaaqov di bagian utara Israel.
"Data yang baru menunjukkan ada penggunaan api yang berkelanjutan dan terkontrol pada banyak peradaban dan bahwa mereka tidak tergantung pada api alami," ujar arkeolog Nira Alperson-Afil seperti dikutip Reuters, Minggu (26/10/2008).
Meski mereka tidak menemukan sisa-sisa korek maupun pemantik api, Alperson-Afil mengatakan pola geretan api yang ditemukan di tempat yang sama pada 12 peradaban berbeda merupakan bukti kemampuan mereka membuat api meski metode yang digunakan tidak jelas.
Karena situs itu terletak di lembah Yordania yang merupakan rute utama antara Afrika dengan Eropa, kata Alperson-Afil, hal itu menunjukkan adanya migrasi manusia.
"Begitu mereka menguasai api untuk melindungi diri mereka dari pemangsa dan menyediakan cahaya dan kehangatan, mereka cukup aman untuk berpindah dan mendiami wilayah baru," ujarnya.