Taman Bunga Angkasa di Babylonia




Taman bunga angkasa Babylon terletak disebelah timur sungai Euphrates, kurang lebih 50 km di selatan Baghdad, ibu kota Irak, salah satu dari kebudayaan kuno yang terdapat dalam Babylon. Kemajuan teknologi pembuatannya pada zaman lampau sungguh mencengangkan orang!

Tentu saja, taman bunga angkasa Babylon bukan digantung di tengah angkasa, asal usul istilah ini berasal dari kesalahan tafsir arti kata “gantung” dan “menonjol keluar” dalam bahasa Yunani “kremastos” dan bahasa Latin “pensilis” yang disalah terjemahkan.

Umumnya orang percaya, bahwa taman bunga angkasa itu dibuat untuk melipur lara Amytis, selir raja Nebukadnezar (604 SM – 562 SM) yang rindu kampung halamannya. Untuk menghiburnya, maka dibangun taman yang menyerupai kampung halamannya yang berada diatas gunung.

Taman bunga angkasa didirikan pada tahun 600 SM, sebuah bangunan yang berbentuk ruas 4 sudut, bangunan yang terbuat dari batuan dan aspal untuk menahan tiang batu atas, undakannya dari jenis kayu yang berwarna abadi hijau zamrud, air sungai mengalir ke bawah melalui sungai buatan di sisi taman bunga angkasa, memberi kesan pandang seperti gugusan pegunungan kecil.

Yang paling menakjubkan dari taman bunga angkasa Babylon adalah sistem pasokan airnya. Curah hujan di Babylon tidak banyak, dan diyakini bahwa bekas peninggalan taman bunga angkasa juga sangat jauh dari sungai Euphrates, karena itu peneliti berpendapat bahwa taman bunga angkasa semestinya banyak mempunyai instalasi air layaknya bagan yang tergambar dengan baik, dan dengan tiada henti budak belian memutar kincir, memindahkan air bawah tanah ke tingkat tampungan bak air yang paling tinggi, kemudian melalui sungai buatan mengalir kembali ke permukaan. Satu lagi masalah adalah pada segi perawatan, seperti umumnya sebuah bangunan, bila tidak terawat baik akan lapuk dimakan usia.Dan karena dataran Mesopotamia tidak banyak terdapat bebatuan, maka peneliti percaya bahwa bebatuan yang digunakan untuk membangun taman bunga angkasa bukanlah bebatuan pada umumnya, bebatuan tersebut telah diolah lebih lanjut dengan mencampurkan alang-alang, aspal dan genteng, bahkan ada petunjuk yang mengarah pada penggunaan timbal, untuk mencegah perembesan air ke fondasi bangunan.

Sumber : Erabaru

Category:  
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.
0 Responses